(606/614 - 632)
Pada suatu
hari di Madinah, ketika Nabi Muhammad berada di masjid sedang dikelilingi para
sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatima, yang telah menikah dengan
Ali--prajurit utma Islam yang terkenal--datang pada Nabi. Dia meminta dengan
sangat kepada aya hnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat
membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang
ceking dan kesehatannya yang buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas
menggiling jagung dan mengambil air dari sumur yang jau h letaknya, di samping
juga harus merawat anak-anaknya.
Nabi tampak
terharu mendengar permohonan si anak, tapi sementara itu juga Beliau menjadi
agak gugup. Tetapi dengan menekan perasaan, Beliau berkata kepada sang anak dengan
sinis, "Anakku tersayang, aku tak dapat meluangkan seorang pun di antara
mereka ya ng terlibat dalam pengabdian 'Ashab-e Suffa. Sudah semestinya
kau dapat menanggung segala hal yang berat di dunia ini, agar kau mendapat
pahalanya di akhirat nanti." Anak itu mengundurkan diri dengan rasa yang
amat puas karena jawaban Nabi, dan selanjutnya tidak pernah lagi mencari pelay
an selama hidupnya.
Fatima
Az-Zahra si cantik dilahirkan delapan tahun sebelum Hijrah di Mekkah dari
Khadijah, istri Nabi yang pertama. Fatima ialah anak yang keempat, sedang yang
lainnya: Zainab, Ruqaya, dan Ummi Kalsum.
Fatima
dibesarkan di bawah asuhan ayahnya, guru dan dermawan yang terbesar bagi umat
manusia. Tidak seperti anak-anak lainnya, Fatima mempunyai pembawaan yang
tenang dan perangai yang agak melankolis. Badannya yang lemah, dan kesahatannya
yang buruk men yebabkan ia terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak.
Ajaran, bimbingan, dan aspirasi ayahnya yag agung itu membawanya menjadi wanita
berbudi tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.
Fatima, yang
sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun dalam hal kebiasaan yang
saleh, adalah seorang anak perempuan yang paling diayang ayahnya dan sangat
berbakti terhadap Nabi setelah ibunya meninggal dunia. Dengan demikian, dialan
yang sang at besar jasanya mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibunya.
Pada
beberapa kesempatan Nabi Muhammad SAW menunjukkan rasa sayang yang amat besar
kepada Fatima. Suatu saat Beliau berkata, "O... Fatima, Allah tidak suka
orang yang membuat kau tidak senang, dan Allah akan senang orang yang kau
senangi."
Juga Nabi
dikabarkan telah berucap: "Fatima itu anak saya, siapa yang membuatnya
sedih, berarti membuat aku juga menjadi sedih, dan siapa yang menyenangkannya,
berarti menyenangkan aku juga."
Aisyah,
istri Nabi tercinta pernah berkata, "Saya tidak pernah berjumpa dengan
sosok probadi yang lebih besar daripada Fatima, kecuali kepribadian
ayahnya."
Atas suatu
pertanyaan, Aisyah menjawab, "Fatima-lah yang paling disayang oleh
Nabi."
Abu Bakar
dan Umar keduanya berusaha agar dapat menikah denga Fatima, tapi Nabi diam
saja. Ali yang telah dibesarkan oleh Nabi sendiri, seorang laki-laki yang
padanya tergabung berbagai kebajikan yang langka, bersifat kesatria dan penuh
keberanian, kesal ehan, dan kecerdasan, merasa ragu-ragu mencari jalan untuk
dapat meminang Fatima. Karena dirinya begitu miskin. Tetapi akhirnya ia
memberanikan diri meminang Fatima, dan langsung diterima oleh Nabi. Ali menjual
kwiras (pelindung dada dari kulit) milikn ya yang bagus. Kwiras ini
dimenangkannya pada waktu Perang Badar. Ia menerima 400 dirham sebagai hasil
penjualan, dan dengan uang itu ia mempersiapkan upacara pernikahannya. Upacara
yang amat sederhana. Agaknya, maksud utama yang mendasari perayaan it u dengan
kesederhanaa, ialah untuk mencontohkan kepada para Musllim dan Musllimah
perlunya merayakan pernikahan tapa jor-joran dan serba pamer.
fatima
hampir berumur delapan belas tahun ketika menikah dengan Ali. Sebagai mahar
dari ayahnya yang terkenal itu, ia memperoleh sebuah tempat air dari kulit,
sebuah kendi dari tanah, sehelai tikar, dan sebuah batu gilingan jagung.
Kepada
putrinya Nabi berkata, "Anakku, aku telah menikahkanmu dengan laki laki
yang kepercayaannya lebih kuat dan lebih tinggi daripada yang lainnya, dan
seorang yang menonjol dalam hal moral dan kebijaksanaan."
Kehidupan
perkawinan Fatima berjalan lanjcar dalam bentuknya yang sangat sederhana,
gigih, dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras tiap hari untuk mendapatkan
nafkah, sedangkan istrinya bersikap rajin, hemat, dan berbakti. Fatima di rumah
melaksanak an tugas-tugas rumah tangga; seperti menggiling jagung dan mengambil
air dari sumur. Pasangan suami-istri ini terkenal saleh dan dermawan. Mereka
tidak pernah membiarkan pengemis melangkah pintunya tanpa memberikan apa saja
yang mereka punyai, meskipun m ereka sendiri masih lapar.
Sifat penuh
perikemanusiaan dan murah hati yang terlekat pada keluarga Nabi tidak banyak
tandingannya. Di dalam catatan sejarah manusia, Fatima Zahra terkenal karena
kemurahan hatinya.
Pada suatu
waktu, seorang dari suku bani Salim yang terkenal kampiun dalam praktek sihir
datang kepada Nabi, melontarkan kata-kata makian. Tetapi Nabi menjawab dengan
lemah-lembut. Ahli sihir itu begitu heran menghadapi sikap luar biasa ini,
hingga ia m emeluk agama Islam. Nabi lalu bertanya: "Apakah Anda berbekal
makanan?" Jawab orang itu: "Tidak." Maka, Nabi menanyai Muslimin
yang hadir di situ: "Adakah orang yang mau menghadiahkan seekor unta tamu
kita ini?" Mu'ad ibn Ibada menghadiahkan seekor unta. Nabi sangat berkenan
hati dan melanjutkan: "Barangkali ada orang yang bisa memberikan selembar
kain u ntuk penutup kepala saudara seagama Islam?" Kepala orang itu tidak
memaki tutup sama sekali. Sayyidina Ali langsung melepas serbannya dan menaruh
di a tas kepala orang itu. Kemudian Nabi minta kepada Salman untuk membawa
orang itu ke tempat seseorang saudara seagama Islam yang dapat memberinya
makan, karena dia lapar.
Salman
membawa orang yang baru masuk Islam itu mengunjungi beberapa rumah, tetapi
tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, kearna waktu itu bukan waktu
orang makan.
Akhirnya
Salman pergi ke rumah Fatima, dan setelah mengetuk pintu, Salman memberi tahu
maksud kunjungannya. Dengan air mata berlinang, putri Nabi ini mengatakan bahwa
di rumahnya tidak ada makanan sejak sudah tiga hari yang lalu. Namun putri Nabi
itu en ggan menolak seorang tamu, dan tuturnya: "Saya tidak dapat menolak
seorang tamu yang lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang."
Fatima lalu
melepas kain kerudungnya, lalu memberikannya kepada Slaman, dengan permintaan
agar Salman membawanya barang itu ke Shamoon, seorang Yahudi, untuk ditukar
dengan jagung. Salman dan orang yang baru saja memeluk agama Islam itu sangat
terharu. Dan orang Yahudi itu pun sangat terkesan atas kemurahan hati putri
Nabi, dan ia juga memeluk agama Islam dengan menyatakan bahwa Taurat telah
memberitahukan kepada golongannya tentang berita akan lahirnya sebuah keluarga
yang amat berbudi luhur.
Salman balik
ke rumah Fatima dengan membawa jagung. Dan dengan tangannya sendiri, Fatima
menggiling jagung itu, dan membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar
Fatima menyisihkan beberapa buath roti intuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi
dijawab bahwa dirinya tidak berhak untuk berbuat demikian, karena ia telah
memberikan kain kerudungnya uitu untuk kepentinga Allah.
Fatima
dianugerahi lima orang anak, tiga putra: Hasan, Husein, dan Muhsin, dan dua
putri: Zainab dan Umi Kalsum. Hasan lahir pada tahun kegia dan Husein pada
tahun keempat Hijrah. Muhsin meninggal dunia waktu masih kecil.
Fatima
merawat luka Nabi sepulangnya dari Perang Uhud. Fatima juga ikut bersama Nabi
ketika merebut Mekkah, begitu juga ia ikut ketika Nabi melaksanakan ibadah Haji
Waqad, apda akhir tahun 11 Hijrah.
Dalam perjalanan
haji terakhir ini Nabi jatuh sakit. Fatima tetap mendampingi beliau di sisi
tempat tidur. Ketika itu Nabi membisikkan sesuatu ke kuping Fatima yang membuat
Fatima menangis, dan kemudian Nabi membisikkan sesuatu lagi yang membuat Fatima
tersenyum. Setelah nabi wafat, Fatima menceritakan kejadian itu kepada Aisyah.
Ayahnya membisikkan bertia kematianya, itulah yang menyebabkan Fatima menangis,
tapi waktu Nabi mengatakan bahwa Fatima-lah orang pertama yang akan berkumpul
dengannya di ala m baka, maka fatima menjadi bahagia.
Tidak lama
setelah Nabi wafat, Fatima meninggal dunia, dalam tahun itu juga, eman bulan
setelah nabi wafat. Waktu itu Fatima berumur 28 tahun dan dimakamkan oleh Ali
di Jaat ul Baqih (Medina), diantar dengan dukacita masyarakat luas.
Fatima telah menjadi simbol segala yang suci dalam diri wanita, dan pada konsepsi manusa yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatima akan menjadi "Ratu segenap wanita yang berada di Surga."
Fatima telah menjadi simbol segala yang suci dalam diri wanita, dan pada konsepsi manusa yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatima akan menjadi "Ratu segenap wanita yang berada di Surga."
0 komentar:
Posting Komentar